Budaya Organisasi

Senin, 05 September 2022

Azharisman Rozie

BUDAYA, seringkali menjadi entitas antara satu komunitas dengan komunitas lainnya. Budaya merupakan jalan hidup "way of life” (Ashly Montagu dan Christoper Dawsan (1993) yang merupakan cara hidup dengan identitas suatu komunitas. 

Lebih lanjut Masinambow (1997:6) menyatakan bahwa budaya mengacu pada tingkah laku atau pola prilaku, kebiasaan dan nilai-nilai dalam system. 

Sejalan dengan itu, Vijay Sathe (1985) dalam  Taliziduhu Ndraha (1999 ; 15) mengatakan bahwa budaya merupakan separangkat asumsi penting yang dimiliki oleh anggota komunitas. Asumsi itu terdiri dari kepercayaan (belief) asumsi dasar bagaimana dunia ini ada berjalan dan  values yakni nilai yang dianut sebagai mana yang diamati bukan yang dikatakan komunitas itu karena bisa saja lain dihati lain dimulut, dalam pribahasa melayu dikatakan putih kapas dapat dilihat putih hati siapa yang tahu.

Dengan demikian, budaya adalah kebiasan atau habit yang dilakukan secara terus menerus secara sadar dan kebiaasan itu menjadi  keyakinan memiliki nilai baik atau buruk yang menjadikan entitas dari komunitas (masayarakat), maka kebiasan baik dan bernilai baik akan membentuk budaya positif sebaliknya kebiasan buruk bernilai buruk akan menghasilkan budaya negative, karena sesungguhnya tidak ada budaya dalam kontek baik dan buruk, melainkan budaya yang mempengaruhi jalan hidup dan cara berintegrasi satu sama lainnya. Komunitas mampu survive dan mencapai tujuan bersama.

ORGANISASI, banyak ahli berpendapat bahwa organisasi hakikatnya adalah kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Gibson (1996 ; 6) menyebutkan bahwa Organisasi adalah wadah yang memunginkan masyarakat dapat meraih suatu hasil yang semula tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. 

Sedangkan Siagian (2002 : 35) mengatakan bahwa organisasi adalah gabungan perilaku sekelompok orang yang terikat secara formal dan hararkis, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, organisasi memiliki dimensi adanya orang dua atau lebih, dimensi Kerjasama dan dimensi tujuan bersama.


BUDAYA ORGANISASI, adalah kebiasaan yang dilakukan oleh anggota organsasi yang memiliki nilai-nila dan semangat dengan pemanfaat sumber daya organisasi, nilai-nilai tersebut merupakan keyakinan akan kemampuan untuk mencapai tujuan bersama. 

Hal ini sejalan dengan pendapat Shane dan Glinow (2010 : 416) bahwa budaya organisasi adalah separangkat pendistribusian nilai-nilai, kepercayaan dan norma yang mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berprilaku satu sama lainnya. 

Salah satu yang mempengaruhi budaya organsasi adalah lingkungan vertical dan lingkungan horizontal, di dalamnya termasuk kepemimpinan, kepemimpinan yang membentuk Budaya organsasi yang mendukung pencapaian visi organsasi misalnya dalam kontek organisasi IPDN adalah pencapaian visi (IPDN) menjadikan pendidikan tinggi kepamongprajaan yang unggul, professional, berintegritas dan berdaya saing pada tahun 2045. 

Dalam kontek organisasi yang lebih luas adalah negara, tujuan negara Indonesia merdeka sebagaimana dimaksud di dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dengan Pancasila sebagai konsensus bangsa Indonesia menjadikan  Pancasila bukan saja sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai budaya bangsa yang kita kenal dengan  budaya Pancasila. 

Oleh karena itu, pemimpin yang memiliki karakter menumbuhkan kembangkan budaya organsasi harus memiliki ciri antara lain, mampu menentukan arah, pelatih, sebagai agen perubahan dan Juru bicara.


AKTUALISASI BUDAYA ORGANISASI dalam rangka menumbuh kembangkan budaya positif yang mendukung pencapaian  tujuan organisasi beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, yang pertama membiasakan hal-hal yang baik (benar dalm kontek belief dan value), bukan membaikkan (membenarkan) kebiasaan, adanya vehicle terhadap nilai (value), sehingga meredefenisi budaya kerja sebagai sikap terhadap pekerjaan seperti mencintai pekerjaan, adanya rasa kepuasaan terhadap pengerjaan suatu pekerjaan atau keterpaksaan untuk melakukan pekerjaan karena takut atasan atau takut kehilangan pekerjaan. 

Pada sisi lain, budaya kerja adalah prilaku saat bekerja seperti rajin, teliti, cermat kemauan yang tinggi dan suka membantu sesama seperti yang termaktub di dalam panca prasetya Korps Aparatur Sipil Negeri, dalam resam melayu di kenal pribahasa berat sama dipikul ringan sama dijinjing, kebukit sama mendaki ke lurah sama menurun, telungkup sama makan tanah  terlentang sama makan angin.
  
Kedua, selalu menegakkan budaya malu, malu terlambat masuk kantor, malu tidak ikut apel pagi, malu tidak masuk kerja tanpa alasan penting,malu sering minta ijin tidak masuk kerja, malu bekerja tanpa program kerja, malu pulang kantor sebelum waktunya, malu sering meninggalkan kantor tanpa alasan penting, malu bekerja tanpa bertangungjawab, malu pekerjaan terbengkelai. malu berpakaian seragam tidak rapi. 

Ketiga melakukan Konrol budaya, adalah kontrol yang dilakukan setiap anggota organisasi atas panggilan moral diluar tugas dan fungsinya, bahkan tidak berhubugan dengan konflik kepentingannya, kontrol budaya dalam kehidupan organisasi kampus,  misalnya ketika staf non pengasuhan IPDN kampus Kalimantan Barat  menegur Praja yang tidak tertib dalam berpindah tempat (PBB). 

Namun bila dilakukan oleh  seorang dosen menegur praja yang berjalan lambat  agar mempercepat langkahnya menuju kelas karena jam pelajaran dosen tersebut ini bukan dimaksud kontrol budaya melainkan kontrol atas interes perkuliahan yang akan dilakukannya. Kontrol budaya ini pasti menanggung konsekwensi seperti dicemoohkan bahkan dibuli, disisihkan dan sebagainya namun ini merupaka salah satu sikap aplikatif budaya organisasi.***

Penulis: Azharisman Rozie

Dosen dan Direktur IPDN Kampus Kalimantan Barat

Bumi Khatulistiwa 05 September 2022.