6.032 Mayat dan Ribuan Peluru Ditemukan dalam Kuburan Massal

Ahad, 16 Februari 2020

Kuburuan massal berisi 6.032 mayat ditemukan di Burundi. Foto: Sputnik/Sindonews.com

Detil.co,Gitega -  Lebih kurang sekitar 6.032 mayat ditemukan di enam kuburan massal di Burundi. Selain ribuan jasad, juga ditemukan ribuan peluru. Penemuan di Provinsi Karusi ini adalah yang terbesar setelah pemerintah negara itu meluncurkan penggalian nasional pada bulan Januari.

Ketua komisi kebenaran dan rekonsiliasi Burundi, Pierre Claver Ndayicariye mengatakan, jasad sekitar 6.032 korban ditemukan beserta ribuan peluru. Pakaian, gelas, dan Rosario digunakan untuk mengidentifikasi beberapa korban seperti dikutip dari Sindonews.com, yang melansir The Guardian, Minggu (16/2/2020).

Negara Afrika Timur itu sedang berjuang untuk berdamai dengan masa lalu yang keras, dicirikan dengan pendudukan kolonial, perang saudara dan pembantaian berselang selama puluhan tahun.

Mengacu pada satu pembantaian yang diyakini telah menargetkan orang dari kelompok etnis Hutu, Ndayicariye mengatakan bahwa keluarga korban mampu "memecahkan keheningan" yang diberlakukan 48 tahun yang lalu.

Untuk diketahui, populasi Burundi terbagi antara kelompok etnis Tutsi dan Hutu. Perang saudara yang menewaskan 300 ribu orang sebelum berakhir pada 2005 memiliki nuansa etnis yang kental.

Komisi yang dijalankan pemerintah dibentuk pada 2014 untuk menyelidiki kekejaman dari 1885, ketika orang asing tiba di Burundi, hingga 2008, ketika kesepakatan perdamaian terhenti untuk mengakhiri perang sipil telah dilaksanakan sepenuhnya.

Sejauh ini, komisi ini telah memetakan lebih dari 4.000 kuburan massal di seluruh negeri dan mengidentifikasi lebih dari 142 ribu korban kekerasan. Mandatnya tidak mencakup sebagian besar aturan Presiden saat ini, Pierre Nkurunziza, yang mulai menjabat pada 2005.

PBB telah memperingatkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia dapat meningkat lagi sebelum pemilu pada bulan Mei. Sejak 2015, ketika Nkurunziza berkuasa untuk ketiga kalinya, pecah sengketa atas kekuasaanya. Akibatnya ratusan warga Burundi telah tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.***