Kerja Sama Bidang Energi, UEA Investasi Rp314 Triliun

Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA Mohamed bin Zayed di Istana Kepresidenan Qasr Al Watan di Abu Dhabi, UEA, pada Minggu (12/2/2020). Kompas.com

Detil.co,Abu Dhabi - Pertemuan bilateral berlangsung antara Presiden Joko Widodo dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheiks Mohamed Bin Zayed di Istana Kepresidenan Qasr Al Watan, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab ( UEA), Minggu (12/1).

Dari pertemuan itu, 11 perjanjian bisnis diteken antara Indonesia dengan UEA, yang sebagian menyasar bisnis energi. Dengan total estimasi nilai investasi yang diperoleh mencapai Rp314,9 triliun atau 22,89 miliar dollar AS.

Dikutip dari Kompas.com, dalam pertemuan, Presiden Joko Widodo menyampaikan UEA akan tetap menjadi salah satu mitra penting kerja sama ekonomi Indonesia, terutama di bidang investasi.

"Saya sangat sambut baik, hari ini 16 perjanjian kerja sama dapat dilakukan," kata Presiden Jokowi di Abu Dhabi Senin (13/1) waktu setempat. 

Menanggapi hal tersebut, Putra Mahkota Mohamed bin Zayed mengatakan, hubungan kedua negara masih dapat ditingkatkan.

11 perjanjian bisnis yang berhasil diteken antara Indonesia dengan UEA dengan sebagian menyasar ke bisnis energi tersebut seperti dalam rilis dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Senin, 13 Januari 2020.

Di samping sebelas perjanjian bisnis, diteken pula 5 perjanjian antara pemerintah UEA dan Indonesia dalam bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.

Salah satu dari kesepakatan bisnis yang akan dijalankan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat.

Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, UEA, nantinya akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBi) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).

Investasi di pembangkit ini diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun.

PLTS Terapung Cirata diproyeksikan memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.

Selain pengembangan Energi Baru Terbarukan, ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dengan Mubadala.

Lalu, potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dengan ADNOC, hingga penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina.
Baca juga: Erick Thohir Dampingi Jokowi ke Abu Dhabi, 4 BUMN Jalin Kerja Sama dengan Perusahaan UEA.

Pada subsektor mineral, ditandatangani pula kerja sama Emirates Global Aluminium (EGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet.

Pada masa uji coba, penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton. Sementara, kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.

Kerja sama sektor energi

Selain itu, masih ada sejumlah kerja sama bisnis UEA-Indonesia di sektor energi. Berikut rincian kerja sama bisnis antara UEA-Indonesia di sektor energi:

LPG Supply Contract antara Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) dan Pertamina dengan nilai kontrak 90-270 juta dollar AS.  

RIPA (Refinery Investment Principle Agreement) antara Mubadala Investment Company dan Pertamina untuk melanjutkan negosiasi kepemilikan hingga 49 persen saham PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) - RDMP RU V dengan total potensi kerjasama senilai 1,6 miliar dollar AS. 

MoU antara ADNOC dan Pertamina tentang kerja sama pengembangan Project Crude to Petrochemical 10,1 miliar dollar AS. 

Penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) untuk PLTS Terapung Cirata antara PT PJB dengan Masdar, proyeksi nilai investasi 129 juta dollar AS. 

Adendum MoU antara Emirates Global Aluminium (EGA) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka mengakomodir penetapan jangka waktu kerja sama. Proyek Peningkatan Kapasitas Tungku Peleburan termasuk transfer teknologinya dari 250 ktpa (kilo tonnes per annum) menjadi 300 ktpa, Technical Exchange di bidang Reduction Technology dan proyek Greenfield Aluminium Smelter di Kalimantan Utara berkapasitas 500-1.000 ktpa.***


[Ikuti Detil.co Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar